Apakah Revolusi itu Nyata?
Suatu komunitas melakukan sesuatu atau kebijakan yang sama sekali tidak cocok dengan suatu komunitas lain.
Dalam satu negara terdapat golongan warga A dan golongan warga B. Golongan warga A mendukung apa yang telah dilakukan oleh kepemerintahannya, sedikit golongan lain yang merasakan ketidakadilan yaitu golongan B melawan.
Jika ingin mengubah bagaimana pemerintahnya bertindak maka golongan warga B harus melakukan suatu. Melakukan aksi revolusi tujuannya agar kebijakannya tidak menindas dan tidak ada lagi ketidakadilan. Baik warga A dan B bisa hidup bahagia.
Begitulah revolusi dikatakan berhasil.
Namun, apakah revolusi yang dilakukan murni karena ingin menghilangkan ketidakadilan dan meniadakan penindasan?
Sebab, acap kali ditemui revolusi yang dilakukan tidak dengan motivasi tersebut. Banyak dijumpai ketika seseorang melakukan demo, hanya untuk mencari panggung. Kelak jika nanti pendemo itu ditawarkan kursi jabatan, dengan tidak tahu malu menerimanya. Panjang umur ketidakadilan.
Revolusi kerap dilakukan dengan berapi-api, menggebu-gebu, dan amarah. Hal itu menjadikan api akan mudah dipadamkan dengan tawaran kursi jabatan, lalu kembali menyala, dan memburuk lagi ketika sudah duduk di kursi yang ditawarkan.
Apa yang telah dilakukan pendemo seperti itu benar-benar mencederai revolusi itu sendiri. Benar-benar menodai niat baik untuk kesetaraan tanpa penindasan.
Suatu negara melawan kapitalisme. Negara itu hidup dengan pedoman Marxis atau komunis. Kapitalis yang menindas dan tidak adil terhadap masyarakat bawah berhasil dihilangkan ketika semua warganya ingin kebebasan bersama dalam cita-cita Marxis.
Pada suatu saat perjuangan mereka berhasil. Seluruh rakyat dan warganya merasakan kesejahteraan bersama. Hingga hal itu membawa pada kebosanan, bahwa hidup yang terus damai dan sejarhtera ternyata ada titik jenuhnya.
Maka perlahan warga dari negara itu mulai keluar dan menduduki negara lainnya. Alih-alih menetapkan kesetaraan (yang dianggap mulai membosankan), warga negara itu menggunakan keterampilannya untuk mendirikan usaha baru yang dimilikinya sendiri. Ia menjadi bos untuk usahanya sendiri di negara asing.
Ketika usaha tersebut berkembang dan ia menambah pegawai. Lalu semakin berkembang hingga masing-masing pegawai membutuhkan kepala. Produksinya yang melimpah juga membuat sampah limbah ditangani oleh pegawai. Megahnya usaha itu juga harus ada yang menjaga kemanannya. Begitu seterusnya, hingga ia benar-benar merasakan kembali kapitalis.
Kini ia menduduki kapitalis itu sendiri, sebuah "ideologi" yang ia lawan dengan revolusi Marxisnya di masa lampau. Revolusi yang telah dilakukan olehnya tidak menghapus kapitalis. Revolusi yang dilakukannya itu hanya menunda kapitalis untuk kepentingan nafsunya sendiri kelak.
Lantas apakah revolusi itu nyata?
Benarkah revolusi itu bisa dilakukan dan berhasil?
Jika alasannya adalah meniadakan penindasan dan ketidakadilan. Semoga saja!
Komentar
Posting Komentar