Akrab: Seperti Api Kau Harus Hati-Hati

 Peribahasa bilang, "kecil api menjadi kawan, besar api menjadi lawan." Memberikan nasihat bahwa kita harus senantiasa berhati-hati saat menggunakan api. Kita bisa memasak dengan api kecil, rumah bisa kebakaran karena api besar.

Jika kita bijak menggunakan api untuk memasak, tidak akan terjadi kebakaran. Tapi jika kita merasa tidak akan ada kebakaran saat kita sedang memasak, itu sudah perkara lain.

Biasanya kebakaran terjadi karena kelalaian kita dalam menggunakan api kecil dengan sembrono. Tiba-tiba tersulut apa saja benda yang ada di dekatnya. Kemudian api membesar menjadi kebakaran.

Melalui analogi tersebut bagi saya sama halnya dengan kata "akrab". Ketika seseorang mudah akrab maka akan mudah dekat dengan orang lain, ketika seseorang juga mudah akrab maka akan mudah juga orang lain tersinggung dengannya.

Begini, Seseorang X bisa dianggap akrab karena dari cara dia berbicara lucu, tidak mudah tersinggung, terlihat enak diajak ngobrol. Dengan cara itu, seseorang yang baru bertemu dengan X mungkin satu atau dua minggu akan merasa akrab.

X akan mudah mendapatkan teman. Ketika X bertemu dengan Y dua minggu yang lalu, kini mereka selalu bersama. Mereka masuk ke sekolah bersama, ke kantin bersama, nongkrong bersama. Hingga mereka sama-sama merasa akrab.

Padahal, mereka belum saling "mengenal" mengapa "akrab" begitu cepat tercipta?

Sampai pada suatu hari X dan Y nongkrong. X dan Y sepakat untuk bertemu dan santai di salah satu kafe. X yang pribadinya mudah akrab ini mengeluarkan suatu lelucon yang menurutnya lucu. Ia mengatakan bahwa Y mempunyai motor yang unik, saking uniknya motor Y bisa dibuat balapan melawan sapi tapi sapi yang menang.

X yang merasa leluconnya itu lucu dan merasa keakrabannya dengan Y tidak akan membuat Y tersinggung, ternyata salah. Mereka belum saling mengenal dekat, dan motor yang digunakan Y yang baru saja dibuat bahan bercanda oleh X adalah motor yang dibelikan oleh orang tua Y. Motor itu dibeli dengan jeri payah dan hasil menabung yang sudah lama, hingga ketika motor tersebut terbeli tidak lama orang tua Y meninggal.

Akrab yang begitu cepat membawa petaka. Api yang seharus tetap kecil tiba-tiba besar karena terlalu nyaman dengan api, terlalu nyaman dengan kata "aku gampang akrab dengan orang lain."

Kita, dalam seminggu atau dua minggu tidak mungkin bisa mengenal orang lain dan tau batasan-batasan. Bahkan beberapa orang yang memilih untuk menutup diri, akan sangat susah diketahui batasannya.

Saya tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa orang yang sudah berdamai dan mudah menerima lelucon. Misalnya saja A memiliki gigi bolong di bagian depan, oleh teman-temannya dia dipanggil ompong. Sudah begitu A juga orang yang telmi, lengkap sudah panggilannya si A "ompong melompong."

A merasa baik-baik saja dipanggil Ompong Melompong. Ia ikut tertawa ketika temannya memanggil itu. Tapi bukan berarti A tidak memiliki batasan. Pada kondisi tertentu pasti dia memiliki batasan komedinya, batasan lelucon.

Si paling akrab dengan semua orang X, mengeluarkan lelucon melampaui batas yang Y dan A ternyata tidak bisa menerimanya. Dalam hal ini api yang sudah menjadi besar maka tidak bisa dikendalikan. Api "akrab" itu telah menjadi bencana.

Hati-hatilah dengan keakraban. Sebab, orang yang paling akrab dengan kita adalah orang yang memiliki peluang tertinggi untuk menyakiti hati kita.

Jika kita merasa akrab dengan orang lain, sebaiknya terus menjaga batasan di mana bisa memberikan lelucon yang sesuai dengan batasan. Karena tidak ada sama sekali lelucon yang melebihi batas seperti perundungan, itu dibenarkan.

Komentar

Postingan Populer