Suatu Impian dalam Moral yang Rusak

 Apakah kualitas pendidikan semakin menurun? Atau moral yang semakin menurun? Bukankah keduanya berimbang?

Saya memiliki suatu kasus. Di mana dalam suatu kampus pada suatu kelas, kerap kehilangan barang ataupun uang. Dalam kelas itu juga kerap ketika akan mengadakan suatu acara mengumpulkan uang dari masing-masing mahasiswa, dan lebihnya akan raib entah kemana.

Saya mencoba untuk tidak berprasangka buruk kepada kelas tersebut, terlebih karena sudah dalam suatu kampus. Jika kasus ini terjadi pada seorang siswa saja sudah sebaiknya jangan berprasangka buruk, bagaimana jika kasus ini terjadi pada mahasiswa.

Tidak habis pikir. Jika kasus kehilangan uang atau barang itu hanya terjadi sekali, mungkin bisa uang tersebut jatuh atau barang tersebut lupa tempat menaruhnya. Tapi jika terjadi sering dan tempat terjadinya yang berbeda-beda, sulit untuk tidak berprasangka buruk pada kelas tersebut.

Saya menemukan kasus kehilangan itu di dalam kelas, di kantin, bahkan di tempat rekreasi ketika memutuskan rekreasi bersama tetap ada yang kehilangan. Satu kelas yang sungguh sangat janggal untuk ukuran mahasiswa.

Apa itu memang biasa terjadi? Saya merasa ini memprihatinkan.

Kelebihan dari uang kolektif satu kelas yang tiba-tiba hilang juga patut dipertanyakan. Sebab, bukankah ini bibit dari korupsi jika seorang itu menjadi wakil rakyat kelak? Hal yang sangat perlu untuk dipantau.

Ah, anehnya lagi. Saya tahu pemerintah sudah mengoptimalkan untuk pemberian KIP. Memberikan uang bantuan yang tujuannya untuk mengoptimalkan pendidikan seseorang yang dibantu. Tapi dalam kelas ini, seorang penerima KIP baru saja memberi barang mewah yang tidak akan mampu dibeli oleh orang yang tidak menerima KIP.

Kelas ini tidak hanya memprihatinkan, tapi sangat-sangat memprihatinkan.

Jika seorang yang tidak menerima KIP, hidupnya sangat sederhana. Mengapa KIP yang uangnya selayaknya digunakan untuk mengoptimalkan pendidikan malah dibuat untuk bersenang-senang yang tidak semestinya.

Penerima KIP tentu uangnya di dapatkan dari uang rakyat, uang seorang mahasiswa lain yang bukan penerima KIP. Yang bukan penerima KIP dan membayar pajak itu tidak mampu membeli handphone mahal, tapi yang penerima KIP dari pemberian pajak itu mampu membeli handphone bermerek mahal.

Hal paling bodoh yang pernah dilakukan oleh penerima KIP itu adalah membanggakan, menyombongkan, memamerkan handphone mahal itu ke mahasiswa sederhana yang membayar pajak yang uangnya digunakan untuk menghidupi penerima KIP.

Sungguh, jika pemerintah sudah mencoba untuk mengoptimalkan ketepatannya untuk memberikan KIP. Mengapa kita sebagai rakyat tidak mendukung hal tersebut? Setidaknya dengan berlaku jujur, atau memang jika layak menerima KIP ya menggunakannya sewajarnya.

Sungguh kelas ini sangat tidak nyaman. Saya bisa merasakannya.

Mengapa dalam suatu tempat yang saya impi-impikan untuk belajar, menjadi tempat yang begitu buruk? Dalam suatu tempat yang saya ingin menambah ilmu pengetahuan, menjadi tempat yang paling jahat. Tempat yang sewaktu saya masih kecil, menganggap hebat orang-orang di dalamnya.

Bayangan itu sirna. Setelah hal buruk, jahat, tidak berpendidikan, dan amoral ini terjadi dalam kasus yang saya temui. Saya berharap tidak hanya kita menuntut pemerintah untuk melakukan pembenahan, tapi dalam diri kita sendiri sebagai rakyat juga harus memperbaiki hal bejat ini!

Sebab, saya pernah ingat suatu pepatah, "jika ingin melihat situasi negara, maka lihatlah situasi kampus dalam negara itu". Yang terjadi dalam suatu kelas ini sangat memalukan dan seharusnya dihentikan.

Suatu impian dalam moral yang telah rusak, semoga kita semua berbenah untuk masa depan kita.

Komentar

Postingan Populer