Belajar Emosi dari yang Tidak Memiliki Emosi

 Beberapa hal bisa kita dapatkan dari yang tidak memilikinya.

Keledai menjadi binatang yang selalu dikaitkan dengan "mengulangi kesalahan yang sama secara terus-menerus", keledai juga digambarkan sangat lamban, tidak indah, dan tidak memiliki banyak keistimewaan.

Padahal jika kita mau mencarinya lebih dalam, ia menjadi binatang yang digunakan sebagai pembantu manusia sejak masa lalu. Berapa banyak cerita lawas yang menjadikan keledai hewan yang bersandingan dengan manusia. Manusia memanfaatkan kekuatannya yang secara tidak disadari oleh manusia bahwa ia memilikinya.

Saya rasa sama halnya dengan AI dalam satu kasus emosi. Ia dalam beberapa hal sungguh istimewa!

Memang, AI hanyalah sebuah alat dan banyak memiliki kecacatan emosi jika dibandingkan dengan kita "manusia". Tetapi dalam satu hal yang tidak dimiliki manusia, AI lumayan bijak.

Bayangkan terjadi suatu perang di suatu negara. AI menjadi tokoh yang menyerang suatu negara tersebut dengan drone. Saya rasa tidak akan terjadi kasus seperti pelanggaran seksual yang akan dilakukan oleh AI. 

Tapi, benar sekali, dalam satu hal AI tidak akan manusiawi. Tidak ada ampunan. Tidak akan ada serangan berhenti dari AI jika programnya untuk meluluhlantakkan. Maka luluh lantak pula yang akan terjadi, bahkan jika yang diserang itu menyerah.

Bukan kebengisan itu yang dapat kita pelajari, tapi bagaimana ia mengendalikan nafsu yang dapat kita ambil. Bukankah dengan tidak melakukan tindakan kekerasan lainnya yang tidak diprogram, AI menjadi lebih manusiawi?

Saya rasa kita dapat belajar dari satu hal diantara banyaknya ketidakunggulan AI terhadap kita. Mengelola emosi, mengelola nafsu, untuk menjadi lebih manusiawi.

Jika kita sebal kepada seseorang. Maka jika seseorang yang kita sebali itu bertanya, percayalah jawaban kita akan menjadi begitu menyebalkan pula. Tidak ada kebijaksanaan dalam hal itu.

Tapi jika kita sebal kepada seseorang, berusaha untuk tidak meneruskan kesebalan itu (meskipun orang itu memang benar-benar menyebalkan). Maka jika seseorang yang kita sebali itu bertanya, dengan kesebalan yang sudah kita kurangi. Maka jawaban dari pertanyaan itu kepada kita, akan kita tanggapi dengan sedikit lebih bijaksana.

Kita tidak bisa membiarkan orang lain kelaparan meskipun orang tersebut kita sebali. Kita setidaknya sesama manusia, selayaknya memberi orang lain yang kelaparan untuk makan.

Sebab jika kita berusaha dengan sebaik-baiknya mengelola emosi, kita akan menjadi manusia yang memanusiakan manusia lainnya. Begitulah yang dapat kita pelajari, emosi dari yang tidak memiliki emosi.

Komentar

Postingan Populer