Terdapat Versi Lain dari Diri Sendiri

 Bagimana jika aku bertemu dengan versi lain dari diriku sendiri?

Mungkin sedikit teoritis. Tapi aku pernah membaca buku Eric Weiner, "Man Seeks God". Sepertinya, yang aku tulis tentang permainan What If kali ini hampir mirip dengan reinkarnasi. Tujuannya agar kita berperilaku baik, karena entah di dunia sebelumnya atau selanjutnya kita diciptakan menjadi apa.

Namun permainan ini tidak seperti itu, sebagai bentuk disclaimer di awal. Ini sama sekali tidak ada maksud untuk bersinggungan dengan kepercayaan yang mempercayai reinkarnasi. Yang aku tulis hanya sebuah permainan saja.

Versi lain dari diriku sendiri di What If kali ini lebih luas. Aku bisa hidup di masa lampau, masa sekarang, atau masa depan. Aku bisa menjadi tumbuhan, hewan, manusia, atau benda-benda lainnya.

Mari kita bermain dengan lima versi dari diri kita masing-masing! Teman-teman juga boleh cerita lima versi dari diri teman-teman di komentar.

Kalau aku bisa memilih versi lain dari diriku sendiri:

1. Penulis di masa setelah kemerdekaan

Aku pengen banget hidup menjadi penulis di era setelah kemerdekaan sampai kira-kira tahun 1960an. Karena rasanya banyak sekali diskusi-diskusi tentang negara yang murni karena kebutuhan bersama dan dituangkan dalam sastra.

Lebih spesifik lagi, saya ingin hidup seperti Bapak Pramoedya Ananta Toer begitu. Saya rela memberikan apa saja untuk negeri ini. Saya rela terseok-seok untuk memperjuangkan negeri ini.

Lalu, alasan lainnya. Sepertinya pada masa itu tidak banyak distraksi dari dalam diri sendiri. Enggak sih, ini hanya alasan, tapi di masa itu tidak banyak hiburan. Jadi kalau sudah menulis, mungkin saya bisa sangat tekun. Hal yang sulit untuk masa sekarang, karena sekarang lima menit menulis, lima puluh menit hanya bermain sosial media.

Padahal, itu alasan saja. Yah, begitulah saya.

Tapi itu keinginan saya, jika saya bisa memilih versi lain hidup saya. Penulis era pasca kemerdekaan.

2. Kusir Kerajaan

Sepertinya enak menjadi kusir kerajaan. Kalau aku menjadi kusir kejaraan, sepertinya sangat membahagiakan. Bisa ikut berjalan-jalan keliling. Misal saat raja atau ratu ingin pergi kemana, aku jadi kusir yang mengantarkan.

Dengan cara itu aku bisa setidaknya bekeliling sebagian dunia. Memang tidak akan ikut jika menyebrang lautan, tapi aku merasa kalau menjadi kusir kerajaan itu dunianya bisa luas dan sedikit bisa lebih bebas.

Jadi rakyat memang bisa sangat bebas. Porsi bebasnya lebih besar. Tapi, kayaknya sulit kalau mau berpergian. Berapa banyak rakyat biasa yang memiliki kuda? Akses menuju kerajaan lain / kunjungan ke kerajaan lain pasti susah.

Sementara kusir kerajaan bisa melihat lebih. Aku bisa mengantar raja sampai pada istana kerajaan lainnya jika sedang kunjungan, kan?

Menjadi raja? Ah. Kayaknya kebebasannya malah sedikit. Maksud saya, jika menjadi kusir, tetap ada beberapa waktu saya melamun dan mungkin bercerita kepada anak saya, atau siapa pun tentang dunia yang begitu luas. Tapi kalau aku menjadi raja? Sibuk banget sih kayaknya, tidak ada waktu untuk melamun dan bercerita atau bahkan menulis.

Aku ingin jadi kusir kerajaan saja. Aku hanya ingin keliling dunia. Bukan mengatur suatu negara.

3. Salah satu pohon jati di hutan jati

Untuk yang ketiga ini kayaknya agak aneh, hahaha. Tapi aku pengen jadi pohon jati diantara rindangnya hutan jati.

Terserah di mana saja, bukit, dataran rendah dekat pantai, atau bahkan pegunungan.

Tapi setiap kali kita dalam perjalanan, kalau ada hutan jati itu rasanya tiba-tiba rindang aja gitu kan? Kalau musim panas memang lagi meranggas. Tapi kelihatan tetap ada teduhnya, jadi engga terlalu panas.

Sementara musim hujan. Rindang dan adem banget di bawahnya.

Aku ingin menjadi pohon jati agar bisa memberikan manfaat untuk makhluk lainnya saja sih.

Aku akan merasa paling suka jika saja, aku pohon jati di dataran rendah dekat pantai. Aku tidak sendiri, ada pohon jati lainnya yang juga ada di sebelahku. Sebuah mobil berhenti, satu keluarga sedang berteduh dan berencana memakan bekal perjalanannya di sekitarku.

Kayaknya hal itu akan menjadi kenangan yang sangat bagus dari sudut pandang pohon jati. Tapi tetap emang agak aneh sih ya, hahaha.

4. Seekor kancil

Alasan satu-satunya adalah sering diceritakan menjadi hewan yang cerdik.

Dulu waktu aku masih kecil sering diceritain Ibuku tentang Si Kancil ini. Tidak buku-buku, aku belum dekat dengan dunia buku. Ceritanya sering berulang, tapi aku masih bisa memahami kalau Si Kancil hewan yang cerdik.

Bisa menyebrang melewati sungai dengan buaya-buaya. Familiar dengan cerita itu kan?

Lalu cerita lainnya, entah Ibuku baru mengarang atau bagaimana? Si Kancil dapat selalu lolos dari petani.

Cerdik dan keren saja menurutku. Aku pengen menjadi hewan kancil.

5. Remote

Orang macam apa yang ingin menjadi remote? Hahaha.

Engga ini hanya untuk melengkapi. Kan jadi manusia sudah, tumbuhan sudah, hewan juga sudah, jadi yang terakhir harus benda. Kalau aku benda, aku ingin menjadi remote.

Aku tidak terlalu diperhatikan, kadang dijatuhin juga kan? Tapi aku tetap membantu, dengan iklas, karena untuk itu aku diciptakan. Agar tidak perlu memencet tombol di bagian televisi. Tidak perlu repot-repot.

Tapi jika suatu saat aku hilang? Pasti akan ribet untuk mencariku!

Ya, aku ingin menjadi remote untuk suatu benda.

***

Bagimana dengan teman-teman, jika terdapat versi lain dari diri teman-teman?

Komentar

Postingan Populer