Hidup Mengalir Saja

 Jujur. Ketika saya mendengar kalimat, "mengalir saja, seperti air." Saya menjadi sebal. Karena kebanyakan dari yang saya temui, hidup mengalir seperti air ini sangat tidak mengasyikan. Membayangkannya aja hanya hanyut biasa.

Bahkan, dulu saya pernah berdiskusi dengan orang yang hidup mengalir aja.

Saya memberikan analogi, kalau mengalir seperti kotoran itu sama sekali tidak berharga. Sementara, jika kita melawan arus kayak salmon, kita akan menjadi sangat-sangat berharga.

Hidup mengalir saja itu tidak seru. Kita hanya akan menjadi seperti sampah.

Begitulah saya yang masih sedikit tahu tentang dunia, kacamata saya dua tahun lalu lebih kecil daripada kacamata saya yang sekarang.

Kita tumbuh, saya tumbuh, saya belajar untuk memahami.

Bagaimana jika yang dibayangkan oleh orang yang hidupnya mengalir dengan yang saya bayangkan berbeda.

Saya membayangkan hidup mengalir itu hanya hanyut terbawa air sungai. Air sungai yang terkadang begitu tenang.

Bagaimana jika, orang yang berfilosofi hidup mengalir itu membayangkan air yang terus mengalir di arus yang sangat deras. Air itu mengalir, terus mengalir, bahkan ketika ada batu-batu yang menghalanginya, ia terus mengalir.

Artinya, dengan filosofi itu berarti hidup terus berjalan, terus melakukan proses, meskipun ada saja halangannya. Air terus mengalir dari hulu ke hilir, kita hidup mempunyai hilir masing-masing. Cita-cita masing-masing.

Saya merasa malu ketika menuliskan ini dan menyadari betapa sempitnya kacamata saya dua tahun lalu yang tak mampu melihat kemungkinan lain.

Hidup mengalir saja tidak ada salahnya.

Kita bisa memilih, arus air yang seperti apa yang kita pilih. Arus yang sekencang air terjun, atau arus yang tenang seperti di sungai-sungai kecil tanpa bebatuan.

Komentar

Postingan Populer