Bagaimana Jika Hidup Tanpa Buku?
Apakah pentingnya buku?
Mari, aku ajak teman-teman untuk bermain. Kita mengandai-andai saja seratus tahun dari sekarang.
Ngadirun adalah orang yang suka membaca buku. Budiman adalah orang yang menganggap bahwa baca buku itu tidak penting.
Mereka berdua adalah kawan. Suatu hari yang cerah Ngadirun dan Budiman berjalan-jalan di Taman Sukasenyum. Di taman tersebut terdapat banyak sekali tanaman, salah satunya adalah pohon apel. Karena hari yang cerah itu Matahari sangat menyengat kulit, Ngadirun dan Budiman meneduh di bawah pohon apel.
Satu buah Apel jatuh dan menggelinding di dekat mereka.
Ngadirun adalah kita yang paham mengapa buah apel jatuh dari pohon ke bumi, karena Ngadirun suka membaca. Sementara Budiman tahu, berdasarkan pengalamannya bahwa hanya buah yang matang yang akan jatuh dari pohonnya.
Pengetahuan yang di dapat Budiman jelas diketahui oleh Ngadirun. Tapi, apakah Budiman tahu isi kepala Ngadirun?
Sudah seratus tahun Budiman tidak membaca. Sudah seratus tahun peradaban Budiman jauh dari buku-buku karena dianggap tidak penting.
Apa yang terjadi jika kita tidak menganggap penting sebuah buku?
Saya rasa peradaban Budiman akan terus berkembang. Maka pada suatu hari, buku sudah hilang dan tidak diketahui lagi. Buku dianggap tidak memberikan manfaat, lebih-lebih secara materiil.
Lalu setelah peradaban Budiman terus berlanjut sampai beranak pinak. Buah yang jatuh dari pohon dianggap adalah buah yang sudah matang. Saya berani bertaruh, satu abad atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu yang sama dari manusia pertama sampai pada Newton menemukan gravitasi, akan muncul penemu gravitasi (lagi) di peradaban Budiman (mengulang).
Anak Budiman lah yang menemukan teori gravitasi itu!
Boom!
Ternyata anak Ngadirun juga masih hidup.
Anak Budiman membagikan temuannya, bahwa ia mengerti buah jatuh dari pohon bukan hanya karena sudah matang. Ia menamainya gravitasi (mengulang).
Anak Budiman dengan penuh keyakinan menjelaskan bahwa Bumi yang kita tempati ini memiliki gaya gravitasi yang menyebabkan kita, manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda lain tidak melayang. Ia begitu membanggakan temuan gravitasinya itu.
Lalu anak Ngaderun menjawab, "Bapakku mengajariku membaca."
"Kegiatan yang tak ada gunanya itu?"
"Setidaknya aku kenal seseorang yang tak pernah kau kenal, Newton."
Komentar
Posting Komentar