Ngopi #2

 Banyak hal yang bisa kita lihat di tempat kita ngopi. Masing-masing tempat ngopi memiliki kesannya sendiri. Kafe memiliki kesannya yang dekat dengan mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas. Warung kopi memiliki kesannya yang dekat dengan kantong masyarakat kecil seperti kita.

Kita? Ya, mungkin aku aja sih.

Saking deketnya kantongku sama warung kopi. Kadang ibu-ibu penjaga warung kopi salah ngantongin uangnya ke kantongku.

***

Masalah yang sering muncul buat kita... Anggap aja kita, ya? Biar gak sendirian ini aku.

Masalah yang sering muncul buat kita yang sering membeli kopi di warung kopi, bukan di kafe, adalah tempat pesan kafe yang sangat membingungkan.

Di warung kopi kita bisa langsung aja bilang ke ibunya, "Bu, mau kopi item satu." Tiba-tiba kopi item akan tersedia di meja. Beserta gorengan yang kadang hangat, tapi tak jarang juga mendoan telihat lemas, lesu, dan masuk angin. Sampai kita sendiri kasian mau makan.

Tapi apapun yang kita pesan di warung kopi, harganya gak pernah mahal banget. Untuk pembayarannya bisa kita bayar nanti kalau mau pulang.

***

Tapi di kafe?

Ah! Ini masalah utama kita yang gak pernah ke kafe. Tempat pesen kopi di kafe itu kayak kita lagi maen petak umpet. Keliatan baristanya, tapi pesannya bukan di barista itu, ada tempatnya sendiri. Orang misterius itulah yang harus kita cari.

Pengalamanku. di kafe aku pernah pesen kopi langsung ke orang yang aku kira disitu tempat pesennya. "Kak, saya mau beli kopi." Cewek yang aku tanyai jawab, "oh, langsung di belakang Mas." Dia menunjuk ruang belakang kafe.

Aku jalan ke belakang. Lumayan rame kafe itu, tapi enggak ada petunjuk aku harus pesan di mana? Malu bertanya tersesat di kafe. Aku beraniin diri buat tanya ke pembeli lainnya.

"Ini pesennya di mana ya, kak?"

"Situ, Mas."

Dia menunjuk seperti loket kosong tanpa orang. Aku gak yakin. Kayaknya dia bohong. Kata pepatah, kita gak bisa percaya sama orang lain begitu aja. Jadi aku memastikan dengan menunjuk, "situ, ya?"

"Iya, Mas."

Aku ingin memastikannya sekali lagi. "Situ, ya?"

"Iya, Mas"

"Situ, ya?" Aku ingin lebih yakin.

Dia melemparkan kursi yang ia duduki ke tempat yang aku tunjuk. "IYA. SITU. MAS!"

***

Aku jalan mengambil kursi yang dia lempar.

Gak.

Ini berlebihan.

***

Abis enggak ada pentunjuk?! Engga ada orang di loket yang ditunjuk.

Karena udah bertanya dan tetap terlihat akan tersesat. Udah memastikan untuk percaya tapi masih terasa seperti dibohongi.

Saat itulah kita harus berani menyimpulkan dan mengeluarkan teori ala Socrates kita sendiri. Bukan lagi Bumi itu datar, trapesium, jajar genjang, atau psikopat menyebui bahwa Bumi itu bulat. Kita akan memakai teori Socrates untuk menyimpulkan di mana tempat pesan?

Cewek yang pertama aku tanya, terlihat seperti barista atau pegawai kafe. Satu-satunya yang bisa aku percaya kali ini hanya cewek itu.

Aku ingat dia bilang, "langsung di belakang, Mas."

Ah. Aku tau letak kesalahanku. Kita hidup di mana banyak kiasan mulai disukai banyak orang.

Aku tahu sekarang, di mana tempat pesan.

"Mas, aku mau pesan."

Tidak ada jawaban. Mungkin belum.

"Mas, aku mau pesan?" aku ulangi, dengan suara lebih keras karena mungkin tidak kedengaran.

Inisiatifku menjadi lebih, "Mas, aku boleh liat menunya dulu? Aku pilih-pilih dulu deh."

Pintu di buka, "Mas saya lagi BOKER, ini kamar mandi bukan tempat pesan!" Seseorang yang gak aku kenal keluar. Memegangi celananya. Menutup pintu lagi dengan membantingnya.

"Mas, katanya kalau mau pesan langsung di belakang?!" Jawabku cepat sebelum pintu itu tertutup sempurna.

Terlambat. Pintu sudah tertutup. Aku dapat menyimpulkan, ada suara benda seperti gayung yang lagi dilemparkan. Kenapa orang-orang begitu jahat dan suka melemparkan barang?

Aha!

Aku menemukan menu kafe ini. Ternyata sama murahnya dengan warung kopi.

"Mas ini menunya emang se murah ini? Buang air kecil dua ribu, buang air besar lima ribu?"

Mas yang lagi di kamar mandi itu keluar dengan sangat jutek. Sebagai manusia yang baik, juga perhatian kepada semua orang, aku basa-basi bertanya, "kenapa, Mas?"

"BERAK GAK MOOD!" Jawabnya..., pedas.

Padahal aku hanya mau pesan...

Komentar

Postingan Populer