Apakah Sendirian itu Penting?
Saya mencoba menanyakan kesendirian pada teman, google, juga kawan baik semua orang ChatGPT. Sendirian itu asyik, tapi ada batasnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa kadang sendirian itu penting, dalam garis besar membuat kita lebih mandiri. Tidak tergantung pada orang lain. Kata yang lebih lugas untuk mengatakannya, "dengan sendirian, kita bisa membiarkan idealisme kita terpenuhi. ego kita terpenuhi."
Suatu hari saya ingin menjadi seorang pedagang nasi goreng terenak yang pernah ada.
Apakah saya bisa melakukannya? Bagaimana saya mencapai mimpi itu? Satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah memperjuangkannya sendirian.
Akan berbeda cerita jika mengumpulkan beberapa orang dengan visi dan misi yang sama, membuat nasi goreng yang enak. Impian itu memang lebih mudah dicapai daripada memperjuangkannya sendirian. Tapi, melakukannya bersama juga bukan berarti tanpa konsekuensi.
Konsekuensi jika memperjuangkan bersama, beberapa idealisme diri akan luntur.
Aku tidak ingin membuat nasi goreng dengan banyak tambahan, apalagi ditambah dengan bawang goreng. Menurutku, bawang goreng akan merusak rasa otentik nasi goreng itu sendiri. Sementara itu, patner kita akan mengatakan bahwa bawang goreng menambah kekayaan rasa nasi goreng.
Dari garis bawang goreng, idealisme kita, idealisme orang lain, akan dileburkan menjadi nasi goreng terenak seperti yang telah didiskusikan.
Nasi goreng terenak itu sudah siap! Ya, karena kita melakukannya bersama-sama. Aku tidak bisa mengklaim bahwa nasi goreng itu murni buatanku. Akan timbul perasaan bahwa, mimpiku untuk menjadi pedagang nasi goreng terenak di dunia belum sungguh tercapai.
Nasi goreng itu milik bersama. Resepnya bersama. Mimpi yang tercapai juga bukan mimpi pribadi, melainkan mimpi bersama.
Untuk mencapai mimpiku, aku harus memperjuangkannya sendirian.
Aku bisa membuat nasi goreng itu sendiri. Aku bisa menuangkan rasa yang sesuai dengan keinginanku sendiri. Aku bisa bertahan untuk terus menjual nasi gorengku sendiri. Jika mungkin ada yang kurang, aku akan memperbaikinya sendiri. Sampai aku berhasil mencapai mimpiku.
Suatu saat aku berhasil. Aku menjadi pedagang nasi goreng terenak di dunia. Maka, mimpiku tercapai. Apa yang selama ini aku impikan tercapai.
Apakah itu berarti kita bisa hidup sendirian? Sama sekali tidak!
Kita tidak akan pernah bisa hidup sendirian. Aku tidak akan pernah hidup sendirian. Sendirian ada batasnya, begitu kata kawan kita ChatGPT.
Aku setuju dengan kawan kita itu. Sendirian ada batasnya.
Aku tidak akan bisa menjadi pedagang nasi goreng terenak jika tidak ada orang lain. Orang lain yang akan secara tidak langsung mewujudkan mimpiku. Orang lain akan membantuku dengan membeli nasi goreng buatanku lalu mengatakan, "nasi goreng buatanmu paling enak di dunia!"
Tanpa orang lain, kata itu tidak akan muncul. Sendirian tidak akan bisa memberikan makna, tapi bersama orang lain kita bisa memberikan makna.
Sejauh yang aku ketahui, sendirian itu asyik ketika kita sedang memperjuangkan mimpi kita. Tapi jangan pernah menjadi terus sendirian. Kita membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan kita.
Bagaimana menjaganya?
Jujur saja sampai umur 23 tahun, aku tidak mengetahui batasannya. Aku sendiri, beberapa orang mengatakan aku cukup idealis, keukeuh dengan apa yang aku inginkan. Aku baru akan sadar ketika diingatkan, atau aku bisa menyadari ketika sudah hampir melampaui batasnya.
Tanda-tanda kita melampaui batas sendiri, ego, dan idealis adalah kita merasa paling benar. Padahal tidak, merasa paling benar adalah tanda kita telah mengedepankan ego daripada mimpi kita sendiri.
Sendirian penting, jaga batasan kita. Tapi jangan lupa, karena hidup di dunia maka orang lain lah yang akan memberikan makna pada kehidupan kita.
Komentar
Posting Komentar